Isu teraktual mengenai bumi adalah kerusakan lahan dan perubahan iklim global. Dampak dari perubahan iklim tersebut adalah peningkatan suhu yang diikuti oleh banjir dan kemarau yang ekstrem. Disampaikan oleh Balitbang Pertanian, perubahan iklim ini tentunya berpengaruh terhadap kegiatan budidaya pertanian, hal ini disebabkan pergeseran distribusi hujan yang semakin sulit diprediksi, sehingga penentuan waktu tanam sulit dilakukan dan risiko gagal panen semakin besar.
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang digadang-gadang menyumbang kerusakan lahan dan perubahan iklim. Secara bisnis, jagung cukup menjanjikan. Ditinjau dari beberapa perjanjian yang baru saja ditanda tangani antara Pemerintah dengan, BUMN, maupun swasta. Jika dijalankan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan petani jagung.
Jalan tengah antara keuntungan dan dampak dari satu komoditi yang cukup digemari oleh petani adalah dengan menggunakan inovasi teknologi baru berupa varietas unggul yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim. Jagung hibrida umur genjah solusinya. Varietas unggul jagung berumur genjah diperlukan oleh banyak petani terutama untuk menyesuaikan pola tanam dan ketersediaan air.
Kasus lahan di NTB, kebutuhan lahan untuk pertanian dapat dipenuhi melalui pemanfaatan lahan-lahan suboptimal yang umumnya miskin hara dan sering dilanda kekeringan. Sehingga, efek-efek besar yang berakibat buruk dalam kasus ini, seperti: kerusakan lahan; perubahan iklim; serta menurunnya kesejahteraan ekonomi petani dan pelaku usaha jagung, dapat diatasi.
Setiap pembelian jagung di Kebun Permakultur Lombok, mendukung program isu kerusakan lahan dan perubahan iklim.